Tropical Home, Mr.Richard's House, Bali, Indonesia

Nama Proyek : RIC House
Principal Architect : Mario Andreti ,ST. 
Architecture Firm : MOM Architect
Owner : Bapak Richard
Lokasi : Bali, Indonesia
Status :Concept Design
Luas Lahan :  300 m2
Luas Bangunan :  160 m2 
Desain : 2008




Perspektif Eksterior 1



Perspektif Eksterior 2

Perspektif Eksterior 3


Perspektif Eksterior 4

Denah


Tantangan dalam mendesain rumah ini adalah bentuk lahannya yang relatif tidak lebar (10 meter) namun memiliki panjang yang besar yaitu 30 meter. Area depan difungsikan untuk carport dan garasi, carport difungsikan untuk tamu, atau untuk kendaraan pemilik rumah yang hanya diperuntukan untuk sementara waktu. Sedangkan, Garasi diletakkan di sebelah kanan agar tetap mudah dijangkau. Dibelakang garasi terdapat area service dan terdapat akses dengan menggunakan pintu geser. Entrance utama berupa gapura, perpaduan antara desain tradisional dan sedikit sentuhan modern. Gapura ini menjadi akses utama ke dalam bangunan yang bersifat lebih private.

Setelah melewati gapura, terdapat hamparan hijau rumput dan tanaman tropis dengan stepping stone sebagai jalur sirkulasi menuju main building dan service area yang berada di sisi kanan. Service area berada di bagian kanan ,terdiri dari 2 buah kamar tidur pembantu (servant’s bed room), laundry dan ruang jemur (drying area), kamar mandi pembantu.

Pada bagian bangunan utama (main building) terdiri dari 1 buah kamar tidur utama, 1 kamar anak, dapur, ruang makan, dan ruang keluarga yang terbuka menjadi satu kesatuan. Ruang keluarga dan ruang makan menghadap ke arah kolam renang, begitu juga dengan master bedroom. Pada bangunan ini, kolam renang menajdi point of interest dari semua ruangan pada bangunan utama.Kolam renang berukuran 3,5 x 8 meter dengan pergola diatasnya, agar panas matahari tidak terlalu menyengat serta masih nyaman utk digunakan saat hujan tururn deras.


Untuk style bangunan, dibuat perpaduan antara tradisional dengan sedikit kesan modern dengan dominasi material alam. Hijau tanaman pun menjadi faktor pendukung utama terciptanya suasana alami dari bangunan ini nantinya. Sementara untuk atap menggunakan material sirap. Selain karena mudah mencarinya di Bali, juga sangat baik menambah suasana alami ke dalam bangunan.

Untuk bagian kamar mandi, wastafel diletakkan diluar kamar mandi, tepat di samping pintu kamar mandi. Hal ini berlaku utk di 4 kamar mandi (baik utk tamu maupun di ruamah utama). Permainan kisi-kisi kayu pada bagian atap selain memberi suasana yang berbeda akibat bayangan yang dihasilkanya, selain itu juga tidak menghilangkan fungsinya sebagai pelindung dari matahari langsung serta dari hujan. Selain itu tanaman dibelakang bathtub memberi suasana alami dari kamar mandi utama ini.







Tetap Fokus, Konsisten, dan Sukses Selalu


7 comments:

Jo Cobain said...

aku di ajari jglah gambar seperti mas mario...labalabahman.blogspot.com

Mario or Marjo (MoM) Architect said...

@labalabah
terima kasih sudah mampir. :)
sukses selalu.
salam

stanley said...

kok kayanya permainan warnanya kurang ya...
apa tidak ada GSBnya ya ??
dan sangat di sayangkan mobilnya yg bagus tidak ada garasinya...(utk ukuran rumah yg begini besar)

satu lg..tropisnya dapat dari mana ?
menggunakan pendekatan apa? apakah sains penghawaan?

mohon pencerahannya
thx

Mario or Marjo (MoM) Architect said...

Terima kasih Stanley untuk commentnya.
1. Apakah sebuah bangunan harus full-color (berwarna-warni)? menurut saya tidak, apalagi dalam desain sebuah rumah, menurut saya harus sesuai dengan selera pemilik rumah, karena beliaulah yang akan menggunakan sepanjang hidupnya. Sehingga saya harus bisa menyesuaikan dengan selera owner. Dan tidak semua orang menyukai bangunan yang berwarna-warni, salah satunya saya. Terkadang perpaduan warna yang sederhana, dengan dominsi material alami juga merupakan suatu keindahan yang menampilkan kesederhanaan menurut saya.

2. Mengenai GSB bangunan, saya belum mendapatkan konfirmasi lebih lanjut dari pemilik rumah, mengingat tanah pada rumah ini berada disebuah kavling perumahan.

3.Mengenai garasi,sudah ada, bangunan paling luar yang berada ditepi jalan merupakan garasi. Namun menurut saya, sebuah garasi tidak selalu menjadi sebuah kewajiban. Contohnya pada beberapa karya saya yang lain, banyak klien juga yang merasa, garasi tidak dibutuhkan dan lebih suka berupa carport saja.

4.Mengenai tropisnya, tentu saja sangat "debateble" dimana, pada kaidah arsitektur sendiri belum terdapat pengertian yang baku, apa itu pra-syarat sebuah bangunan yang dikategorikan sebgaai bangunan Tropis. Menurut saya pribadi, mengapa saya mengambil label tropis pada bangunan ini adalah lebih kepada, solusi-solusi desain dan detail-detail arsitektur yang saya buat sebagai tanggapan terhdap iklim di negara kita yang merupakan iklim tropis. Yaitu bagaimana lebih memaksimalkan pencahayaan alami, lalu bukaan-bukaan cukup besar untuk penghawaan alami (cross ventilation), beberapa bagian ruangan saya buatkan tidak ada dinding layaknya sebuah pendopo joglo suku Jawa, serta penyelesaian-penyelesaian atap sebagai tanggapan akan panas-hujan yang merupakan cirikhas iklim tropis.

Terima kasih dan sukses selalu

Yoga Nugraha said...

desainnya bagus bro... tapi kok ga pake GSB..?
Dekat sekali bangunan dengan jalannya

Mario or Marjo (MoM) Architect said...

Setuju mas Yoga, awalnya saya juga mengusulkan garasi paling depan itu dengan format dan bentuk bangunan semi-permanent, dengan hanya beratap tanpa dinding, namun sang owner ingin membuatnya permanen, dengan alasan, bahwa di sekitar kompleks ini juga banyak yang dibangun demikian.
IMHO

:)

Terima kasih dan Sukses selalu.


Mario Andreti

Forest Person said...

Cantik! :)