Museum of Contemporary Art, Yogyakarta

Nama Proyek : Museum Seni Kontemporer Yogya
Principal Architect : Mario Andreti ,ST.
Architecture Firm : MOM Architect
Owner : -
Lokasi : Jalan Magelang, Yogyakarta, Indonesia
Status : Konsep Desain
Luas Lahan : 12.860 m2
Luas Bangunan : 2.700 m2
Tahun : 2005


Perspektif Eksterior 1



Sketsa Konsep 1

 Sketsa Konsep 2


Perspektif Eksterior 2


Denah lantai 1

Denah lantaibasement, lantai 2, dan lantai atap

Sketsa Konsep 3


Perspektif Eksterior 3


Perspektif Eksterior 4


Perspektif Eksterior 5


 Sketsa Konsep 4
 

Perspektif Eksterior 6
 
 Perspektif Eksterior 7




 Perspektif Interior 1

 
Perspektif Interior 2

 
Perspektif Interior 3

Sketsa Konsep 5
Perspektif Eksterior  8



Perspektif Eksterior  9



Project Museum ini di awali dengan memilih lokasi yang pas dengan konsep yang ingin saya tampilkan serta mudah ditempuh dari kota Yogyakarta. Saat itu saya mengambil sebuah site yang berada di belakang Jalan Magelang. Site ini saya  pilih karena lahan yang tersedia cukup luas, agar memudahkan tata letak masa bangunannya.  Kedua,  lokasi ini merupakan hamparan sawah yang diapit oleh sungai di bagian barat dan selokan mataram dibagian selatan, sesuai dengan impian saya yaitu mendirikan sebuah bangunan dengan bentuk modern yang dikelilingi sawah. Alasan Ketiga, karena letaknya yang masih didalam kota Yogyakarta sehingga akan mudah dalam akses menuju lokasi ini, dan diharapkan ikut menunjang pariwisata Yogyakarta yang terus maju.

 Zonasi kawasan museum ini dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona pertama diperuntukan untuk parkir pengunjung dan taman, sementara zona kedua dengan luasan yang besar diperuntukan untuk museum dan penunjangnya. Zona pertama yang berukuran lebih kecil pada bagian timur, ditujukan sebagai area parkir pengunjung, serta sebagai sebuah area publik. Karena terdapat jalan dusun yang melewati area ini sehingga diharapkan dapat menjadi ruang komunal bagi warga sekitar, yaitu sebagai tempat berinteraksi berupa taman atau tempat menikmati matahari terbenam di belakang museum. Parkir pengunjung dibuat jauh dari area museum, ditujukan agar vista (view) yang didapat sesuai dengan konsep yaitu dimana akan terlihat bangunan museum dikelilingi hamparan sawah, lalu background dibelakangnya berupa pohon-pohon besar yang berada di tepi sungai. Posisi musuem yang berada di arah barat parkir pengunjung, dapat menyajikan atraksi yaitu melihat sunset (matahari terbenam), dimana matahari akan hilang di belakang museum.

Zona kedua, diperuntukan untuk bangunan museum, bangunan penunjang serta parkir khusus karyawan. Akses menuju museum berupa jalan setapak dari parkir pengunjung, yang dikelilingi sawah dan diberi pohon-pohon kelapa dikiri kanan jalan tersebut, lalu sampai ke sebuah trowongan menuju basement dan masuk ke atrium yang merupakan core dari bangunan ini. Entrance berupa trowongan ini dibuat sebagai upaya untuk memberi kejutan terhadap pengunjung. Masuk ke dalam atrium, pengunjung dapat melanjutkan ke ruang galeri (indoor dan outdoor) untuk melihat karya-karya dari para seniman, dapat menuju ruang auditorium jika terdapat acara gathering atau gelar karya dari seniman untuk memperkenalkan karyanya, dan juga menuju roof top untuk mengunjungi cafe yang memiliki roof garden untuk tempat makannya dengan view ke arah sungai di belakang (barat) bangunan museum ini. 

Pada area belakang bangunan utama, saya mencoba memaksimalkan potensi view ke sungai yang indah. Pembuatan air terjun yang merupakan aliran air selokan mataram yang dibelokan mengalir melewati bawah ruang galeri dan mengalir ke arah sungai, menyajikan pemandangan serta suara aliran air yang menenangkan hati yang melihat dan merasakannya. Cafe pada roof top diberikan taman yang hijau dan menjorok ke arah sungai, sehingga vegetasi dilantai atap tadi ikut menyatu dengan vegetasi-vegetasi besar yang menjulang dari pinggir sungai.

Pada desain museum ini, material yang digunakan lebih bersifat modern, yaitu semen expose (acian beton tanpa finishing cat), dan beberapa material bernuansa modern seperti halnya steinless steel (chrome) dan metal berwarna merah, kuning, hitam, sementara untuk bagian pintu jendela semua menggunakan frame alumunium + kaca.

Sementara untuk bagian interior, lebih dititikberatkan kepada kenyamanan thermal, lighting, serta display karay-karya. Memberi kolam serta vegetasi didalam ruangan merupakan alternatif penciptaan thermal comfort yang baik dan dapat mereduksi panas diruang dalam. Material yang digunakan pun masih memiliki unity (kesatuan) dengan material-material pada bagian luar bangunan.


Selain fokus pada fungsi dan bentuk bangunan, desain museum ini juga mencoba melakukan upaya penerapan beberapa konsep green architecture, antara lain :
1. Penggunaan solar cell (panel surya) sebagai alternatif sumber energi listrik yang dibutuhkan untuk penerangan ruang galeri dan kebutuhan lainnya. Solar cell tersebut diletakkan pada atap atrium.

2. Penggunaan air hujan untuk penyiraman tanaman, karena  taman yang dimiliki cukup besar dan juga berada pada atap bangunan, maka dibuatkan ground water tank (bak penampung air) untuk air hujan yang ditangkap dari atap-atap bangunan, lalu dapat dimanfaatkan untuk siram tanaman.

3. Roof garden , pada beberapa area dibuatkan roof garden yang berfungsi untuk menyejukan (mengurangi panas mikro) spot tersebut serta sebagai elemen estetika.






Tetap Fokus, Konsisten, dan Sukses Selalu




.

6 comments:

Anonymous said...

bos.. rancangan lu oke juga.. tapi masalah museum itu gwa agak janggal 2 hal sih... untuk tempat seperti museum sih idealnya (kalo di indonesia) jarang dikunjungi... tapi kalo hari libur kan berubah.. maksud gwa apa nggak lapangan parkirnya kekecilan?? sama front gate nya itu... kok pake masuk ke bawah tanah segala? menurut gwa sih ilang kesan megahnya... kalo front gatenya jembatan lebih oke deh... dan btw buat karya2 lu yang laen... kok tiangnya suka miring sih bos? bukannya bahaya untuk daerah tektonik kayak indonesia??? hehehhehe...

Anonymous said...

museum nya keren ...secara yang desain anak arsitektur UGm..hayah,apa si...penjelasannya lumayan memberi pencerahan, cuma prosesnya yang bikin pembaca masih belum bener-bener memahami, trus dalam desain museum tu kn ada yang tentang bangunannya dan tentang isinya, kalo kedua bagian ini rada lebih detil, rasanya bakal lebih memberi pencerahan..heheh.
salut jo, keren desainnya....

piss
du

Anonymous said...

duh,jadi minder ngeliat desain2 kamu..keren bgt!!!ga kalah sama tadao ando n ken yeang de kalo kamu terus bereksperimen kek gini..salut brat!!!!

Jo Cobain said...

WAH2 ni dia nak didikannya pa' imam....bo' yo ako diajarin jg to cara menjadi seoarang tukang arsitek...
labalabahman.blogspot.com

Anonymous said...

museumx keren,,tapi mnurt mas apa lingkungan sekitar mendukung..???truzz,,apa dampak (positif/negatif) bagi penduduk skitar..??
tapi ksluruhan bangunan keren kok..maju yah kak..
doain aku jg yah,,soalx aku juga tugas akhir judulx museum sains dan teknologi..skarg lg di studio..

Mario or Marjo (MoM) Architect said...

@labalabah
hehehe yup anak asuh pak Imam tulen nih..:)

@Syarie
terima kasih syarie, dampak positif bagi lingkungan sekitar antara lain, ada kemungkinan dan potensi menjadikan mereka untuk bisa membuaka usaha di dekat museum ini, yang tentunya akan berdampak kepada bertambahnya jumlah tenaga kerja. dan mengurangi jumlah pengangguran.

Dampak negatifnya? dengan jujur saya mengakui mengurangi jumlah luasan sawah di kota yogya, karena lokasi/site ini masih berupa sawah. semoga apa yang dihasilkan bisa mendatangkan manfaat yang bisa menggntikan fungsi sawah yang syaa kurangi tadi.

Terima aksih dan sukses selalu.
Salam